PENGINDERAAN JAUH
(REMOTE SENSING)*
1.
Pengertian
Penginderaan Jauh
Menurut Lilesand et al. (2004)
mengatakan bahwa penginderaan jauh adalah ilmu dan seni untuk memperoleh
informasi tentang suatu objek, daerah, atau fenomena melalui analisis data yang
diperoleh dengan suatu alat tanpa kontak langsung dengan objek, daerah, atau
fenomena yang dikaji.
Penginderaan jauh dalam bahasa Inggris disebut Remote Sensing, bahasa Perancis disebut Teledetection, bahasa Jerman adalah Fernerkundung, Portugis menyebutnya
dengan Sensoriamento Remota, Rusia
disebut Distantionaya, dan Spanyol
disebut Perception Remota.
2.
Komponen Penginderaan Jauh
a.
Tenaga
Sumber tenaga yang digunakan dalam
penginderaan jauh yaitu tenaga alami dan tenaga buatan. Tenaga alami berasal
dari matahari dan tenaga buatan biasa disebut pulsa. Penginderaan jauh yang
menggunakan tenaga matahari disebut sistem pasif dan yang menggunakan tenaga
pulsa disebut sistem aktif. Sistem pasif dengan cara merekam tenaga pantulan
maupun pancaran. Dengan menggunakan pulsa kelebihannya dapat digunakan untuk
pengambilan gambar pada malam hari.
b.
Objek
Objek penginderaan jauh adalah semua
benda yang ada di permukaan bumi, seperti tanah, gunung, air, vegetasi, dan
hasil budidaya manusia, kota, lahan pertanian, hutan atau benda-benda yang di
angkasa seperti awan.
*
Materi ini disampaikan pada kegiatan kunjungan siswa
dan guru Madrasah Aliyah Negeri Cibalong ke Laboratorium Jurusan Pendidikan
Geografi pada 12 Maret 2009.
** Dosen Pengampu Mata
Kuliah Penginderaan Jauh dan Sistem Informasi Geografis Jurusan Pendidikan
Geografi UPI.
c.
Sensor
Sensor adalah alat yang digunakan untuk
menerima tenaga pantulan maupun pancaran radiasi elektromagnetik. Contohnya
kamera udara dan scanner.
d.
Detektor
Detektor adalah alat perekam yang
terdapat pada sensor untuk merekam tenaga pantulan maupun pancaran.
e.
Wahana
Sarana untuk menyimpan sensor, seperti
pesawat terbang, satelit dan pesawat ulang-alik.
3.
Sistem Penginderaan Jauh
Sistem penginderaan jauh dibedakan atas
sistem fotografik dan non fotografik. Sistem fotografik memiliki keunggulan
sederhana, tidak mahal, dan kualitasnya baik. Sistem elektronik kelebihannya
memiliki kemampuan yang lebih besar dan lebih pasti dalam membedakan objek dan
proses analisisnya lebih cepat karena menggunakan komputer.
Berdasarkan tenaga yang digunakan sistem
penginderaan jauh dibedakan atas tenaga pancaran dan tenaga pantulan.
Berdasarkan wahananya dibedakan atas
sistem penginderaan dirgantara (airbone sistem), dan antariksa (spaceborne
sistem).
Gambar 1 : Sistem
Penginderaan Jauh
Berdasarkan cara analisis dan
interpretasi datanya, yaitu interpretasi secara visual dan interpretasi secara
digital.
Data penginderaan jauh dapat berupa
citra foto dan citra digital. Citra adalah gambaran rekaman suatu objek atau
biasanya berupa gambaran objek pada foto. Terdapat beberapa alasan yang
melandasi peningkatan penggunaan citra penginderaan jauh, yaitu sebagai berikut.
1.
Citra menggambarkan objek, daerah,
dan gejala di permukaan bumi dengan wujud dan letaknya yang mirip dengan di
permukaan bumi.
2.
Citra menggambarkan objek, daerah,
dan gejala yang relatif lengkap, meliputi daerah yang luas dan permanen.
3.
Dari jenis citra tertentu dapat
ditimbulkan gambaran tiga dimensi apabila pengamatannya dilakukan dengan
stereoskop.
4.
Citra dapat dibuat secara cepat
meskipun untuk daerah yang sulit dijelajahi secara terestrial.
Citra foto dapat dianalisis secara
visual. Citra foto dibedakan berdasarkan spektum elektromagnetik yang
digunakan, yaitu
a.
foto ultraviolet, foto yang dibuat
dengan menggunakan spectrum ultraviolet dari spectrum ultraviolet dekat hingga
panjang gelombang 0,29mm.
b.
foto ortokromatik, foto yang dibuat
dengan menggunakan spectrum tampak dari saluran biru hingga sebagian hijau (0,4
mm – 0,56mm)
c.
foto
pankromatik, yaitu foto yang dibuat dengan menggunakan seluruh spectrum tampak.
Gambar 2: Foto
Udara Pankromatik
d.
Foto inframerah asli, yaitu foto
yang dibuat dengan menggunakan spectrum inframerah dekat hingga panjang
gelombang 0,9 mm dan
hingga 1,2 mm bagi film
inframerah dekat yang dibuat secara khusus.
Gambar 3 : Foto
Udara Inframerah
Berdasarkan kamera
yang digunakan,
a.
foto tunggal yaitu foto yang dibuat dengan kamera tunggal
b.
foto jamak, yaitu beberapa foto
yang dibuat pada saat yang sama dan menggambarkan daerah liputan yang sama.
Foto jamak dapat dibuat dengan tiga cara, yaitu dengan multikamera atau
beberapa kamera yang masing-masing
diarahkan pada satu daerah sasaran, kamera multilensa atau satu kamera dengan
beberapa lensa, dan kamera tunggal, berlensa tunggal dengan pengurai warna.
Berdasarkan warna
yang digunakan, foto udara dibedakan atas:
a.
Foto berwarna semu (false color)
atau foto inframerah berwarna. Pada foto berwarna semu warna objek tidak sama
dengan warna foto. Objek seperti vegetasi yang berwarna hijau dan banyak
memantulkan spectrum inframerah tampak merah pada foto.
b.
Foto warna
asli (true color), yaitu foto pankromatik berwarna
Gambar 4: Foto
Udara Warna Asli
Citra digital dapat dianalisis dengan menggunakan komputer.
Berdasarkan Spectrum elektromagnetik yang digunakan, yaitu
a)
citra inframerah termal yaitu citra
yang dibuat dengan spektrum inframerah termal.
b) Citra
radar dan citra gelombang mikro, yaitu citra yang dibuat dengan spektrum
gelombang mikro.
Gambar 5 : Citra Radar Berdasarkan wahananya, dibedakan
a)
citra dirgantara (airborne image)
yaitu citra yang dibuat dengan wahana yang beroperasi di udara. Misalnya citra
inframerah termal, citra radar.
b)
Citra satelit (satellite/space
borne image) yaitu citra yang dibuat dari antariksa atau angkasa luar. Citra
satelit dibedakan berdasarkan pengunaannya,
yaitu:
1)
citra satelit untuk penginderaan
planet, sperti Ranger (AS), Viking (AS), luna (Rusia), da venera (Rusia).
2)
Citra
satelit untuk penginderaan cuaca, misalnya citra NOAA (AS), dan citra meteor (Rusia).
Gambar 6 : Citra
NOAA
3)
Citra satelit untuk penginderaan
sumber daya bumi, seperti Landsat (AS),Soyus (Rusia) dan SPOT (perancis).
Gambar 7 : Citra
Landsat
4)
Citra satelit untuk penginderaan
laut, seperti Seasat (AS), dan citra MOS (Jepang).
4.
Interpretasi Citra
Interpretasi citra adalah perbuatan
mengkaji foto udara atau citra dengan maksud untuk mengidentifikasi objek dan
menilai arti pentingnya objek tersebut.
Di dalam pengenalan objek yang tergambar
pada citra, ada tiga rangkaian kegiatan yang diperlukan, yaitu deteksi,
identifikasi, dan analisis. Deteksi ialah pengamatan atas adanya objek,
identifikasi ialah upaya mencirikan objek yang telah dideteksi dengan
menggunakan keterangan yang cukup, sedangkan analisis ialah tahap mengumpulkan
keterangan lebih lanjut.
Interpretasi citra dapat dilakukan secara visual maupun
digital.
a. Interpretasi
visual
Interpretasi visual dilakukan pada citra
hardcopy ataupun citra yang tertayang pada monitor komputer. Interpretasi
visual adalah aktivitas visual untuk mengkaji
gambaran
muka bumi yang tergambar pada citra untuk tujuan identifikasi objek dan menilai
maknanya.
Unsur interpretasi citra terdiri atas
sembilan unsur, yaitu rona atau warna, ukuran, bentuk, tekstur, pola, tinggi,
bayangan, situs, dan asosiasi dan konvergensi bukti.
a.
Rona dan warna (tone/color).
Rona ialah tingkat kegelapan atau
kecerahan objek pada citra. Adapun warna adalah wujud yang tampak oleh mata.
Rona ditunjukkan dengan gelap – putih. Ada tingkat kegelapan warna biru,
hijau,merah,kuning dan jingga.Rona dibedakan atas lima tingkat, yaitu putih,
kelabu putih,kelabu, kelabu hitam, dan hitam.
Karakteristik objek yang mempengaruhi rona, permukaan yang kasar
cenderung menimbulkan rona yang gelap, warna objek yang gelap cenderung
menimbulkan rona yang gelap, objek yang basah/lembap cenderung menimbulkan rona
gelap. Contoh pada foto pankromatik air akan tampak gelap, atap seng dan asbes
yang masih baru tampak rona putih, sedangkan atap sirap ronanya hitam.
Gambar 8 : Warna
dan Rona
b. Bentuk (shape)
Bentuk merupakan atribut yang jelas
sehingga banyak objek yang dapat dikenaliberdasarkan bentuknya saja. seperti
bentuk memanjang, lingkaran, dan segi empat. Contoh gedung sekolah pada umumnya
berbentuk huruf I,L,U atau berbentuk empat persegi panjang. Rumah sakit
berbentuk empat persegi panjang.
c. Ukuran (size)
Berupa jarak, luas, tinggi,lereng, dan
volume., selalu berkaitan dengan skalanya. ukuran rumah sering mencirikan
apakah rumah itu rumah mukim,kantor, atau industri. Contoh Rumah mukim pada
umumnya lebih kecil bila dibandingkan dengan kantor atau pabrik. ukuran
lapangan sepak bola 80 m X 100 m, 15 m X 30 m lapangan tennis, 8 m X 15 m bagi
lapangan bulu tangkis.
d. Kekasaran (texture)
Tekstur adalah halus kasarnya objek pada
citra, Contoh pengenalan objek berdasarkan tekstur
1)
hutan bertekstur kasar,belukar bertekstur sedang,
semak bertekstur halus
2)
tanaman padi bertekstur halus,
tanaman tebu bertekstur sedang, dan tanaman pekarangan bertekstur kasar.
3)
permukaan air
yang tenang bertekstur halus
Gambar 9 : Tekstur
e.
Pola (pattern)
Pola adalah hubungan susunan spasial
objek. Pola merupakan ciri yang menandai objek bentukan manusia ataupun
alamiah. pola aliran sungai sering menandai bagi struktur geologi dan jenis
tanah. Misalnya, pola aliran trellis menandai struktur lipatan. kebun karet,
kelapa sawit dan kebun kopi memiliki pola yang teratur sehingga dapat dibedakan
dengan hutan.
Gambar 10 : Pola
f. Bayangan (shadow)
Bayangan bersifat menyembunyikan objek yang berada di daerah gelap.
Bayangan dapat digunakan untuk objek yang memiliki ketinggian, seperti objek
bangunan, patahan, menara.
Gambar 11 :
Bayangan
g. Situs (site)
kaitan dengan lingkungan sekitarnya.
tajuk pohon yang berbentuk bintang menunjukkan pohon palma, yang dapat berupa
kelapa,kelapa sawit,enau,sagu, dipah dan jenis palma yang lain. Bila polanya
menggerombol dan situsnya di air payau maka dimungkinkan adalah nipah.
h. Asosiasi (Association)
Asosiasi adalah keterkaitan antara objek
yang satu dengan objek lainnya. Suatu objek pada citra merupakan petunjuk bagi
adanya objek lain. stasiun kereta api berasosiasi dengan rel kereta api yang
jumlahnya bercabang. selain bentuknya yang persegi panjang, lapangan bola
ditandai dengan situsnmya yang berupa gawang.
i. Konvergensi bukti
Konvergensi bukti adalah teknik
interpretasi dengan menggabungkan beberapa unsure interpretasi untuk menemukan
objeknya. Misalnya pada foto udara terdapat pohon yang berbentuk bintang,
dengan pola yang tidak teratur, dan ukurannya 10 meter dan tumbuh di daerah
payau (situsnya). Sehingga dapat dilihat bahwa pohon tersebut adalah sagu.
b.
Interpretasi Citra Digital
Interpretasi citra digital
melalui tahapan-tahapan sebagai berikut.
1.
Menginstal terlebih dahulu program
Er-Mapper atau ENVI yang merupakan program (software ) untuk mengolah citra.
2.
Import data, mengimpor data satelit
yang akan digunakan ke dalam format Er Mapper.
3.
Menampilkan citra,untuk mengetahui
kualitas citra yang akan digunakan. Jika kualitas citranya jelek seperti banyak
awan maka proses pengolahan citra tidak dilanjutkan.
4.
Rektifikasi data, untuk mengoreksi
kesalahan geometrik sehingga koordinat citra sama dengan koordinat bumi.
5. Mozaik citra, yaitu
menggabungkan beberapa citra yang saling bertampalan.
6.
Penajaman citra, yaitu memperbaiki
kualitas citra sehingga mempermudah pengguna dalam menginterpretasi citra.
7.
Komposisi peta, yaitu membuat peta
hasil interpretasi citra dengan menambahkan unsur-unsur peta seperti
simbol,legenda, skala, koordinat, dan arah mata angin.
8.
pencetakan,
yaitu output peta citra yang hasilnya dapat digunakan tergantung keperluan.
Gambar 12 :
Interpretasi Citra Digital
DAFTAR PUSTAKA
DigitalGlobe. 2007. QuickBird
Imagery Products (Product Guide). DigitalGlobe, Inc., Longmont.
ESRI. 1998. Spatial Analyst. Environmental
System Research Institut (ESRI) Inc, Redlands California.
Lilesand. T.M., W.
Kiefer., Chipman, J.W. 2004. Remote
Sensing and Image Interpretation
(Fifth Edition). John Wiley & Sons, Inc., New York.
Lo, C.P. 1996. Penginderaan Jauh
Terapan (Terjemahan). Universitas Indonesia Press, Jakarta.
Mather,
P.M. 1987. Computer Processing of Remotly
Sensed Data. Jhon Willey& Sons, London.
Suharyadi. 2001. Penginderaan
Jauh untuk Studi Kota. Fakultas Geografi Universitas Gadjah Mada,
Yogyakarta.
Sutanto. 1986. Penginderaan Jauh I. Gadjah Mada
University Press, Yogyakarta.
PENGINDERAAN JAUH (REMOTE SENSING)*
1.
Pengertian
Penginderaan Jauh
Menurut Lilesand et al. (2004)
mengatakan bahwa penginderaan jauh adalah ilmu dan seni untuk memperoleh
informasi tentang suatu objek, daerah, atau fenomena melalui analisis data yang
diperoleh dengan suatu alat tanpa kontak langsung dengan objek, daerah, atau
fenomena yang dikaji.
Penginderaan jauh dalam bahasa Inggris disebut Remote Sensing, bahasa Perancis disebut Teledetection, bahasa Jerman adalah Fernerkundung, Portugis menyebutnya
dengan Sensoriamento Remota, Rusia
disebut Distantionaya, dan Spanyol
disebut Perception Remota.
2. Komponen Penginderaan Jauh
a.
Tenaga
Sumber tenaga yang digunakan dalam
penginderaan jauh yaitu tenaga alami dan tenaga buatan. Tenaga alami berasal
dari matahari dan tenaga buatan biasa disebut pulsa. Penginderaan jauh yang
menggunakan tenaga matahari disebut sistem pasif dan yang menggunakan tenaga
pulsa disebut sistem aktif. Sistem pasif dengan cara merekam tenaga pantulan
maupun pancaran. Dengan menggunakan pulsa kelebihannya dapat digunakan untuk
pengambilan gambar pada malam hari.
b.
Objek
Objek penginderaan jauh adalah semua
benda yang ada di permukaan bumi, seperti tanah, gunung, air, vegetasi, dan
hasil budidaya manusia, kota, lahan pertanian, hutan atau benda-benda yang di
angkasa seperti awan.
*
Materi ini disampaikan pada kegiatan kunjungan siswa
dan guru Madrasah Aliyah Negeri Cibalong ke Laboratorium Jurusan Pendidikan
Geografi pada 12 Maret 2009.
** Dosen Pengampu Mata
Kuliah Penginderaan Jauh dan Sistem Informasi Geografis Jurusan Pendidikan
Geografi UPI.
c.
Sensor
Sensor adalah alat yang digunakan untuk
menerima tenaga pantulan maupun pancaran radiasi elektromagnetik. Contohnya
kamera udara dan scanner.
d.
Detektor
Detektor adalah alat perekam yang
terdapat pada sensor untuk merekam tenaga pantulan maupun pancaran.
e.
Wahana
Sarana untuk menyimpan sensor, seperti
pesawat terbang, satelit dan pesawat ulang-alik.
3. Sistem Penginderaan Jauh
Sistem penginderaan jauh dibedakan atas
sistem fotografik dan non fotografik. Sistem fotografik memiliki keunggulan
sederhana, tidak mahal, dan kualitasnya baik. Sistem elektronik kelebihannya
memiliki kemampuan yang lebih besar dan lebih pasti dalam membedakan objek dan
proses analisisnya lebih cepat karena menggunakan komputer.
Berdasarkan tenaga yang digunakan sistem
penginderaan jauh dibedakan atas tenaga pancaran dan tenaga pantulan.
Berdasarkan wahananya dibedakan atas
sistem penginderaan dirgantara (airbone sistem), dan antariksa (spaceborne
sistem).
Gambar 1 : Sistem
Penginderaan Jauh
Berdasarkan cara analisis dan
interpretasi datanya, yaitu interpretasi secara visual dan interpretasi secara
digital.
Data penginderaan jauh dapat berupa
citra foto dan citra digital. Citra adalah gambaran rekaman suatu objek atau
biasanya berupa gambaran objek pada foto. Terdapat beberapa alasan yang
melandasi peningkatan penggunaan citra penginderaan jauh, yaitu sebagai berikut.
1.
Citra menggambarkan objek, daerah,
dan gejala di permukaan bumi dengan wujud dan letaknya yang mirip dengan di
permukaan bumi.
2.
Citra menggambarkan objek, daerah,
dan gejala yang relatif lengkap, meliputi daerah yang luas dan permanen.
3.
Dari jenis citra tertentu dapat
ditimbulkan gambaran tiga dimensi apabila pengamatannya dilakukan dengan
stereoskop.
4.
Citra dapat dibuat secara cepat
meskipun untuk daerah yang sulit dijelajahi secara terestrial.
Citra foto dapat dianalisis secara
visual. Citra foto dibedakan berdasarkan spektum elektromagnetik yang
digunakan, yaitu
a.
foto ultraviolet, foto yang dibuat
dengan menggunakan spectrum ultraviolet dari spectrum ultraviolet dekat hingga
panjang gelombang 0,29mm.
b.
foto ortokromatik, foto yang dibuat
dengan menggunakan spectrum tampak dari saluran biru hingga sebagian hijau (0,4
mm – 0,56mm)
c.
foto
pankromatik, yaitu foto yang dibuat dengan menggunakan seluruh spectrum tampak.
Gambar 2: Foto
Udara Pankromatik
d.
Foto inframerah asli, yaitu foto
yang dibuat dengan menggunakan spectrum inframerah dekat hingga panjang
gelombang 0,9 mm dan
hingga 1,2 mm bagi film
inframerah dekat yang dibuat secara khusus.
Gambar 3 : Foto
Udara Inframerah
Berdasarkan kamera
yang digunakan,
a.
foto tunggal yaitu foto yang dibuat dengan kamera tunggal
b.
foto jamak, yaitu beberapa foto
yang dibuat pada saat yang sama dan menggambarkan daerah liputan yang sama.
Foto jamak dapat dibuat dengan tiga cara, yaitu dengan multikamera atau
beberapa kamera yang masing-masing
diarahkan pada satu daerah sasaran, kamera multilensa atau satu kamera dengan
beberapa lensa, dan kamera tunggal, berlensa tunggal dengan pengurai warna.
Berdasarkan warna
yang digunakan, foto udara dibedakan atas:
a.
Foto berwarna semu (false color)
atau foto inframerah berwarna. Pada foto berwarna semu warna objek tidak sama
dengan warna foto. Objek seperti vegetasi yang berwarna hijau dan banyak
memantulkan spectrum inframerah tampak merah pada foto.
b.
Foto warna asli (true color), yaitu foto pankromatik berwarna
Gambar 4: Foto
Udara Warna Asli
Citra digital dapat dianalisis dengan menggunakan komputer.
Berdasarkan Spectrum elektromagnetik yang digunakan, yaitu
a)
citra inframerah termal yaitu citra
yang dibuat dengan spektrum inframerah termal.
b) Citra
radar dan citra gelombang mikro, yaitu citra yang dibuat dengan spektrum
gelombang mikro.
Gambar 5 : Citra Radar Berdasarkan wahananya, dibedakan
a)
citra dirgantara (airborne image)
yaitu citra yang dibuat dengan wahana yang beroperasi di udara. Misalnya citra
inframerah termal, citra radar.
b)
Citra satelit (satellite/space
borne image) yaitu citra yang dibuat dari antariksa atau angkasa luar. Citra
satelit dibedakan berdasarkan pengunaannya,
yaitu:
1)
citra satelit untuk penginderaan
planet, sperti Ranger (AS), Viking (AS), luna (Rusia), da venera (Rusia).
2)
Citra
satelit untuk penginderaan cuaca, misalnya citra NOAA (AS), dan citra meteor (Rusia).
Gambar 6 : Citra
NOAA
3)
Citra satelit untuk penginderaan
sumber daya bumi, seperti Landsat (AS),Soyus (Rusia) dan SPOT (perancis).
Gambar 7 : Citra
Landsat
4)
Citra satelit untuk penginderaan
laut, seperti Seasat (AS), dan citra MOS (Jepang).
4. Interpretasi Citra
Interpretasi citra adalah perbuatan
mengkaji foto udara atau citra dengan maksud untuk mengidentifikasi objek dan
menilai arti pentingnya objek tersebut.
Di dalam pengenalan objek yang tergambar
pada citra, ada tiga rangkaian kegiatan yang diperlukan, yaitu deteksi,
identifikasi, dan analisis. Deteksi ialah pengamatan atas adanya objek,
identifikasi ialah upaya mencirikan objek yang telah dideteksi dengan
menggunakan keterangan yang cukup, sedangkan analisis ialah tahap mengumpulkan
keterangan lebih lanjut.
Interpretasi citra dapat dilakukan secara visual maupun
digital.
a. Interpretasi visual
Interpretasi visual dilakukan pada citra
hardcopy ataupun citra yang tertayang pada monitor komputer. Interpretasi
visual adalah aktivitas visual untuk mengkaji
gambaran
muka bumi yang tergambar pada citra untuk tujuan identifikasi objek dan menilai
maknanya.
Unsur interpretasi citra terdiri atas
sembilan unsur, yaitu rona atau warna, ukuran, bentuk, tekstur, pola, tinggi,
bayangan, situs, dan asosiasi dan konvergensi bukti.
a.
Rona dan warna (tone/color).
Rona ialah tingkat kegelapan atau
kecerahan objek pada citra. Adapun warna adalah wujud yang tampak oleh mata.
Rona ditunjukkan dengan gelap – putih. Ada tingkat kegelapan warna biru,
hijau,merah,kuning dan jingga.Rona dibedakan atas lima tingkat, yaitu putih,
kelabu putih,kelabu, kelabu hitam, dan hitam.
Karakteristik objek yang mempengaruhi rona, permukaan yang kasar
cenderung menimbulkan rona yang gelap, warna objek yang gelap cenderung
menimbulkan rona yang gelap, objek yang basah/lembap cenderung menimbulkan rona
gelap. Contoh pada foto pankromatik air akan tampak gelap, atap seng dan asbes
yang masih baru tampak rona putih, sedangkan atap sirap ronanya hitam.
Gambar 8 : Warna
dan Rona
b. Bentuk (shape)
Bentuk merupakan atribut yang jelas
sehingga banyak objek yang dapat dikenaliberdasarkan bentuknya saja. seperti
bentuk memanjang, lingkaran, dan segi empat. Contoh gedung sekolah pada umumnya
berbentuk huruf I,L,U atau berbentuk empat persegi panjang. Rumah sakit
berbentuk empat persegi panjang.
c. Ukuran (size)
Berupa jarak, luas, tinggi,lereng, dan
volume., selalu berkaitan dengan skalanya. ukuran rumah sering mencirikan
apakah rumah itu rumah mukim,kantor, atau industri. Contoh Rumah mukim pada
umumnya lebih kecil bila dibandingkan dengan kantor atau pabrik. ukuran
lapangan sepak bola 80 m X 100 m, 15 m X 30 m lapangan tennis, 8 m X 15 m bagi
lapangan bulu tangkis.
d. Kekasaran (texture)
Tekstur adalah halus kasarnya objek pada
citra, Contoh pengenalan objek berdasarkan tekstur
1)
hutan bertekstur kasar,belukar bertekstur sedang,
semak bertekstur halus
2)
tanaman padi bertekstur halus,
tanaman tebu bertekstur sedang, dan tanaman pekarangan bertekstur kasar.
3)
permukaan air yang tenang bertekstur halus
Gambar 9 : Tekstur
e.
Pola (pattern)
Pola adalah hubungan susunan spasial
objek. Pola merupakan ciri yang menandai objek bentukan manusia ataupun
alamiah. pola aliran sungai sering menandai bagi struktur geologi dan jenis
tanah. Misalnya, pola aliran trellis menandai struktur lipatan. kebun karet,
kelapa sawit dan kebun kopi memiliki pola yang teratur sehingga dapat dibedakan
dengan hutan.
Gambar 10 : Pola
f. Bayangan (shadow)
Bayangan bersifat menyembunyikan objek yang berada di daerah gelap.
Bayangan dapat digunakan untuk objek yang memiliki ketinggian, seperti objek
bangunan, patahan, menara.
Gambar 11 :
Bayangan
g. Situs (site)
kaitan dengan lingkungan sekitarnya.
tajuk pohon yang berbentuk bintang menunjukkan pohon palma, yang dapat berupa
kelapa,kelapa sawit,enau,sagu, dipah dan jenis palma yang lain. Bila polanya
menggerombol dan situsnya di air payau maka dimungkinkan adalah nipah.
h. Asosiasi (Association)
Asosiasi adalah keterkaitan antara objek
yang satu dengan objek lainnya. Suatu objek pada citra merupakan petunjuk bagi
adanya objek lain. stasiun kereta api berasosiasi dengan rel kereta api yang
jumlahnya bercabang. selain bentuknya yang persegi panjang, lapangan bola
ditandai dengan situsnmya yang berupa gawang.
i. Konvergensi bukti
Konvergensi bukti adalah teknik
interpretasi dengan menggabungkan beberapa unsure interpretasi untuk menemukan
objeknya. Misalnya pada foto udara terdapat pohon yang berbentuk bintang,
dengan pola yang tidak teratur, dan ukurannya 10 meter dan tumbuh di daerah
payau (situsnya). Sehingga dapat dilihat bahwa pohon tersebut adalah sagu.
b. Interpretasi Citra Digital
Interpretasi citra digital
melalui tahapan-tahapan sebagai berikut.
1.
Menginstal terlebih dahulu program
Er-Mapper atau ENVI yang merupakan program (software ) untuk mengolah citra.
2.
Import data, mengimpor data satelit
yang akan digunakan ke dalam format Er Mapper.
3.
Menampilkan citra,untuk mengetahui
kualitas citra yang akan digunakan. Jika kualitas citranya jelek seperti banyak
awan maka proses pengolahan citra tidak dilanjutkan.
4.
Rektifikasi data, untuk mengoreksi
kesalahan geometrik sehingga koordinat citra sama dengan koordinat bumi.
5. Mozaik citra, yaitu
menggabungkan beberapa citra yang saling bertampalan.
6.
Penajaman citra, yaitu memperbaiki
kualitas citra sehingga mempermudah pengguna dalam menginterpretasi citra.
7.
Komposisi peta, yaitu membuat peta
hasil interpretasi citra dengan menambahkan unsur-unsur peta seperti
simbol,legenda, skala, koordinat, dan arah mata angin.
No comments:
Post a Comment