Tuesday 26 October 2021

kosakata bahasa jawa

 Bahasa Jawa adalah bahasa yang digunakan penduduk suku bangsa Jawa di Jawa Tengah,Yogyakarta & Jawa Timur. Selain itu, Bahasa Jawa juga digunakan oleh penduduk yang tinggal beberapa daerah lain seperti di Banten terutama kota Serang, kabupaten Serang, kota Cilegon dan kabupaten Tangerang, Jawa Barat khususnya kawasan Pantai utara terbentang dari pesisir utara Karawang, Subang, Indramayu, kota Cirebon dan kabupaten Cirebon.


Penyebaran Bahasa Jawa
Penduduk Jawa yang merantau, membuat bahasa Jawa bisa ditemukan di berbagai daerah bahkan di luar negeri. Banyaknya orang Jawa yang merantau ke Malaysia turut membawa bahasa dan kebudayaan Jawa ke Malaysia, sehingga terdapat kawasan pemukiman mereka yang dikenal dengan nama kampung Jawa, padang Jawa. Di samping itu, masyarakat pengguna Bahasa Jawa juga tersebar di berbagai wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Kawasan-kawasan luar Jawa yang didominasi etnis Jawa atau dalam persentase yang cukup signifikan adalah : Lampung (61,9%), Sumatra Utara (32,6%), Jambi (27,6%), Sumatera Selatan (27%). Khusus masyarakat Jawa di Sumatra Utara, mereka merupakan keturunan para kuli kontrak yang dipekerjakan di berbagai wilayah perkebunan tembakau, khususnya di wilayah Deli sehingga kerap disebut sebagai Jawa Deli atau Pujakesuma (Putra Jawa Kelahiran Sumatera). Sedangkan masyarakat Jawa di daerah lain disebarkan melalui program transmigrasi yang diselenggarakan semenjak zaman penjajahan Belanda.
Selain di kawasan Nusantara, masyarakat Jawa juga ditemukan dalam jumlah besar di Suriname, yang mencapai 15% dari penduduk secara keseluruhan, kemudian di Kaledonia Baru bahkan sampai kawasan Aruba dan Curacao serta Belanda. Sebagian kecil bahkan menyebar ke wilayah Guyana Perancis dan Venezuela. Pengiriman tenaga kerja ke KoreaHong Kong, serta beberapa negara Timur Tengah juga memperluas wilayah sebar pengguna bahasa ini meskipun belum bisa dipastikan kelestariannya

Kosakata percakapan sehari-hari :

NoBahasa IndonesiaBahasa Jawa NgokoBahasa Krama Inggil
1SayaKuloDalem
2KamuKowePanjenengan
3KamiAwakedheweKito
4DiaDewekePiyambakipun
5IniIkiMeniko
6ItuKuiNiku
7ApaOpoMenopo
8KapanKapanKapan
9DimanaNgendhiWonten Pundhi
10Yang ManaSingendhiIngkangpundhi
11SiapaSopoSinten
12MengapaNgopoKadhosmenopo
13BagaimanaPiyeKadhospundi
14YaYohInggih/Injih
15TidakOraMboten
16BarangkaliMenowoMenawi
17SatuSijiSetunggal
18DuaLoroKalih
19TigaTeluTigo
20EmpatPapatSekawan
21LimaLimoGangsal
22SepuluhSedasaSedoso
23SeratusSatusSetunggalatus
24SeribuSewuSetunggalewu
25OrangUwongTiyang/Piyantun
26Laki-LakiLanangKakong
27PerempuanWedhok/WadhonEstri
28AyahRamaRomo
29IbuIbuIbu
30AnakLare/PutraPutro
31NamaJeneng/AsmaAsmo
32UangDuwitArtho
33Kamar Kecil(Kamar) Mburi(Kamar) Wingking
34AirBanyuToya
35JalanDalanMergi
36Kira-KiraKiro-KiroKinten-Kinten
37SemuaKabehSedanten/Sedaya
38Kalau/JikaMenowoMenawi
39LebihLuwihLangkung
40Sangat/SekaliBangetSanget
41DariSekoSaking
42KeDatengDateng
43SekarangSaikiSakmeniko
44BaruAnyarEnggal
45TuaTuwoSepuh
46PanjangDowoPanjang
47PendekCendekCendak
48MurahMerahMirah
49MahalLarangAwis
50PanasBentherBenther
51DinginAdemAsrep
52KemarinWingiKolowingi
53Hari IniSaikiSakmeniko
54BesokSesukMbenjang
55AtasNduwurNginggil
56BawahNgisorNgandhap
57LaparNgelihLuwe
58BahagiaSenengRahayu
59SakitLaraGerah
60MaafNgapuntenNgapura/Ngapuro
61PagiEsukEnjing-Injing
62SiangAwanSiang
63MalamBengiDalu/Ndalu
64Apa KabarPiyekabarePripun/Kadospundi
65BerapaPiroPinten
66SilahkanMonggoMonggopunaturi
67Terima KasihMuwunMaturnuwun
68Selamat JalanSegeng TindakSugeng Tindak
69BelumDurungDereng
70KarenaSebabe/MergoAmargi
71TetapiMerganeAmargi
72DisiniNangkeneWontenmriki
73BaikApikSae
74JelekElekKirangsae
75BetulBenerLeres
76Cantik/IndahApikEndah
77BesarGedheAgeng
78KecilCilikAlit
79BanyakAkehKathah
80SedikitSithikSakedhik
81SamaPodhoSami
82BisaIsoSaget
83PunyaDuweKagungan
84AdaAnaWonten
85MauGelemKersa
86JanganOjoAmpun
87PergiLungoTindhak
88DatangTekoRawuh
89Berjalan Mlaku Mlampah
90BicaraOmongNgendika/Ngendiko
91BilangNgomongDawuh
92LihatNdelokMrisani
93MengertiNgertiNgertos
94MakanManganDahar/Nedo
95MinumNgombeNgunjuk
96DengarKrunguMiereng
97TahuNgertiNgertos
98KasiWenehiParingi
99SukaSenengRemen
100CintaSenengTresna/Tresno
101PikirPikirPenggalih
102MembuatNggaweNadamel/Damel
103DudukLungguhLenggah/Pinarak
104PotongTugelPotong
105BeliTukuTumbas
106BerhentiMangdhegKendhel
107JauhAdohTebeh
108DekatCedakCerak
109KananTengenTengen
110KiriKiwoKiwo

Saturday 16 October 2021

Resep Tumis Kangkung

 

TUMIS KANGKUNG BIASA

Bahan-bahan

1 ikat kangkung

2 bawang merah

1 bawang putih

2 cabai merah

3 cabai rawit

Gula

Garam

 saos tiram

Minyak untuk menumis

Langkah

Siangi kangkung dan potong lalu cuci bersih.

Rajang cabai dan bawang lalu tumis sampai harum.

Masukkan kangkung oseng sebentar lalu tambahkan air, garam, gula dan saos tiram. Masak dgn api besar.

Aduk2 sebentar lalu tutup kira2 2menit. Dan matikan kompor.

Tumis kangkung siap disantab 😀

Sunday 10 October 2021

Makalah Microteching

 

BAB I

PENDAHULUAN

A.  Latar Belakang Masalah

Secara akademik, jika seseorang ingin menjadi guru, maka ia harus menempuh pendidikan keguruan. Guru TK/RA masuk ke PGTK, guru SD/MI masuk ke PGSD/PGMI, guru SMP/MTs dan sekolah lanjutan atas masuk Strata Satu (S1) keguruan. Dengan menempuh pendidikan tinggi formal keguruan tersebut, seorang guru bisa disebut telah memiliki kualifikasi akademik keguruan.

Namun demikian, persiapan menjadi guru tidak semata-mata melalui jalur pendidikan formal semata. Faktor internal yang ada di dalam diri seseorang juga mempengaruhi kesuksesan sebagai guru; meliputi aspek kepribadian, sosial dan keterampilan mengajar. Dengan kata lain, seseorang yang sudah menempuh pendidikan formal keguruan tidak lantas dengan serta merta mampu menunjukkan performance yang cukup memadai di saat mengajar di dalam kelas. Mungkin kita pernah mendengar komentar, “Si guru A itu hebat benar penguasaan materinya tetapi tidak bisa mengajar”, atau sebaliknya, “Si guru B itu pandai mengajar tetapi minim penguasaan materi”.

Dalam konteks ini, keberadaan sebuah kegiatan pelatihan tentang cara mengajar melalui model micro teaching menjadi sangat penting. Seorang calon guru diminta berlatih mengajar di ruang micro teaching. Ia harus benar-benar berperan sebagai guru yang memang sedang mengajar di dalam kelas. Kalau perlu, dia juga diminta untuk membuat kerangka pengajaran.

Penggunaan pengajaran mikro (micro teaching) sebagai teknik dan prosedur latihan mengajar jelas jauh lebih baik daripada pendekatan pelatihan mengajar secara tradisional, di mana latihan praktik mengajar dilakukan langsung di sekolah sesudah calon guru memperoleh pengetahuan teoretis tentang dasar-dasar keguruan dan isi (content) dari bidang studi yang akan diajarkannya. selain dipandang kurang mampu membekali kesiapan mental, kemampuan dan keterampilan, pendekatan tradisional juga cukup beresiko. Perhatian sang calon guru cenderung akan terfokus kepada “my pupils learn” (murid-murid saya belajar), sehingga tujuan utama latihan, yaitu “I learn to teach” (saya belajar cara mengajar), akan terabaikan. Selain itu, kekeliruan/kesalahan yang dilakukan oleh calon guru tersebut akan merugikan sejumlah besar murid di kelas tempat ia berlatih.

B.  Rumusan Masalah

Dengan mempertimbangkan latar belakang masalah di atas, makalah ini disusun secara khusus untuk menjawab permasalahan utama mengenaiMicroteaching. Permasalahan utama ini dirinci sebagai berikut :

 

1.      Bagaimana penerapan pelaksanaan microteaching?

2.      Mengapa microteaching diperlukan dalam setiap  proses pembelajaran ?

 

 

BAB II

PEMBAHASAN

A.  Pengertian Microteaching

Pengajaran Mikro (micro teaching)merupakan salah satu bentuk model praktek kependidikan atau pelatihan mengajar. Dalam konteks yang sebenarnya, mengajar mengandung banyak tindakan, baik mencakup teknis penyampaian materi, penggunaan metode, penggunaan media, membimbing belajar, memberi motivasi, mengelola kelas, memberikan penilaian, dan seterusnya. Dengan kata lain, perbuatan mengajar itu sangatlah kompleks. Oleh karena itu, dalam rangka penguasaan keterampilan dasar mengajar, calon guru perlu berlatih secara parsial. Artinya, tiap-tiap komponen keterampilan dasar mengajar itu perlu dikuasai secara terpisah-pisah (isolated). Berlatih untuk menguasai keterampilan dasar mengajar seperti itulah yang dinamakan Pengajaran Mikro (Micro-Teaching).

Pengajaran Mikro (micro teaching) merupakan suatu situasi pengajaran yang dilaksanakan dalam waktu dan jumlah siswa yang terbatas, yaitu selama 5 – 20 menit dengan jumlah siswa sebanyak 3 – 10 orang. Bentuk pengajarannya juga sederhana, di mana calon guru berada dalam suatu lingkungan kelas yang terbatas dan terkontrol serta hanya mengajarkan satu konsep dengan menggunakan satu atau dua keterampilan dasar mengajar.

Konsep Pengajaran Mikro (micro teaching)dilandasi oleh pokok-pokok pikiran sebagai berikut:

1. Pembelajaran bersifat nyata (dilaksanakan dalam bentuk yang sebenarnya), tetapi berkonsep mini.

2. Latihan terpusat pada keterampilan dasar mengajar,

3. Mempergunakan informasi dan pengetahuan tentang tingkat belajar siswa sebagai umpan balik terhadap kemampuan calon guru.

4. Pembelajaran dilaksanakan bagi para siswa dengan latar belakang yang berbeda-beda dan berdasarkan pada kemampuan intelektual kelompok usia tertentu.

5. Pengontrolan dilakukan secara ketat terhadap lingkungan latihan yang diselenggarakan dalam Laboratorium Micro Teaching.

6. Suasana minim tekanan (low threat situation), agar calon guru mudah mempelajari keterampilan mengajar.

7.Suasana minim resiko (low risk situation), agar siswa bisa berpartisipasi aktif dalam pengajaran,

8. Kesempatan latihan ulang dan pengaturan distribusi latihan dalam jangka waktu tertentu disediakan agar semua peserta bisa mendapatkan porsi yang setara.

Secara etimologis, kata “micro”berarti “kecil”, “terbatas”, “sempit”, sementara kata“Teaching”berarti “mengajar”. Dengan begitu, kata majemuk “micro teaching” berarti “suatu kegiatan mengajar yang segala sesuatunya dikecilkan dan disempitkan”.

Sementara itu, secara terminologis, terdapat beberapa pengertian yang bisa dikemukakan. Di antaranya:

1.    Cooper dan Allen (1971) mendefinisikan: “Pengajaran Mikro (Micro Teaching) adalah suatu situasi pengajaran yang dilaksanakan dalam waktu dan jumlah siswa yang terbatas, yaitu selama 5 – 20 menit dengan jumlah siswa sebanyak 3 – 10 orang”.

2.    Waskito (1977) mendefinisikan: “Micro Teaching adalah suatu metode belajar mengajar atas dasar performa yang tekniknya dengan cara mengisolasikan komponen-komponen proses belajar mengajar sehingga calon guru dapat menguasai setiap komponen satu per satu dalam situasi yang disederhanakan atau dikecilkan”.

Berdasarkan beberapa Pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa Micro Teaching atau Pengajaran Mikro adalah: “salah satu model pelatihan praktik mengajar dalam lingkup terbatas (mikro) untuk mengembangkan keterampilan dasar mengajar (base teaching skill) yang dilaksanakan secara terisolasi dan dalam situasi yang disederhanakan/dikecilkan”.

B.  Tujuan Microteaching

Tujuan umum pengajaran mikro (micro teaching) adalah untuk memberikan kesempatan kepada mahasiswa (calon guru) untuk berlatih mempraktikkan beberapa keterampilan dasar mengajar di depan teman sejawatnya dalam suasana yang konstruktif, sportif, dan bersahabat sehingga mendukung kesiapan mental, keterampilan dan kemampuan (performance)yang terintegrasi untuk bekal praktik mengajar sesungguhnya di sekolah/institusi pendidikan.

Selain itu, pelatihan pembelajaran dengan pendekatan micro teaching juga bisa berarti semacam “learning by doing” atau “on job training (OJT)”; “belajar sambil melakukan”, bagi seseorang yang sudah berprofesi sebagai guru atau dosen. Guru/dosen, baik yang senior maupun yunior perlu penyegaran/peningkatan keterampilan mengajarnya. Mereka dapat menilai sendiri apakah kemampuan mengajarnya yang selama ini mereka “pertontonkan” di depan kelas sudah cukup memadai ataukah belum. Ini juga memberi pernyataan yang tajam agar para guru/dosen tidak mengklaim bahwa penampilan mengajarnya sudah yang terbaik.

Adapun tujuan khusus pengajaran mikro (micro teaching) antara lain sebagai berikut:

1. Membentuk mahasiswa yang memiliki keterampilan dan sikap profesional sebagai calon guru:

a.    Membuat perencanaan

b.    Berbicara di depan kelas secara runtut dan runut sehingga mudah dipahami oleh audien atau peserta didik.

c.    Terampil membuka dan menutup pelajaran.

d.   Dapat bertanya secara benar.

e.    Dapat memotivasi belajar siswa/peserta didik.

f.     Dapat membuat variasi dalam mengajar.

g.    Dapat menggunakan alat-alat/media pembelajaran dengan benar dan tepat.

h.    Bertanggung jawab dan berpegang kepada Etika keguruan.

2. Membentuk dan mengembangkan kepercayaan diri mahasiswa dalam melakukan praktik atau kegiatan pembelajaran di kelas.

3. Mengembangkan keterampilan mahasiswa untuk dapat mengamati keterampilan keguruan secara obyektif, sistematis, kritis dan praktis.

4. Mengembangkan keterampilan mahasiswa untuk dapat memainkan peran sebagai guru/dosen, supervisor, peserta didik, maupun sebagai observer dengan baik.

5. Melatih mahasiswa untuk dapat menerapkan teori belajar dan pembelajaran dalam suasana didaktis, paedagogis, metodik dan andragogis secara tepat dan menarik

Pengajaran mikro (micro teaching)dimaksudkan untuk mengatasi kelemahan model praktik pengajaran tradisional. Melalui pengajaran mikro (micro teaching), keterampilan mengajar yang potensial dapat diorganisasikan dalam satu penampilan yang utuh. Praktikan akan lebih siap dan terampil untuk mengantisipasi perilaku mengajar yang sebenarnya di kelas.

Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa pengajaran mikro (micro teaching)memberikan pengaruh positif dalam melatih keterampilan mengajar di kelas. Brown dan Ametrong (1975)mencatat hasil riset tentang manfaat pengajaran mikro (micro teaching)sebagai berikut :

1.   Korelasi antara pengajaran mikro (micro teaching)dan praktik keguruan sangat tinggi. Artinya: calon guru yang berpenampilan baik dalam pengajaran mikro (micro teaching), akan baik pula dalam praktik mengajar di kelas.

2.   Praktikan yang lebih dulu menempuh program pengajaran mikro (micro teaching)ternyata lebih baik/lebih terampil dibandingkan praktikan yang tidak mengikuti pengajaran mikro (micro teaching).

3.   Praktikan yang menempuh pengajaran mikro (micro teaching) menunjukkan prestasi mengajar yang lebih tinggi.

4.   Bagi praktikan yang telah memiliki kemampuan tinggi dalam pengajaran, pengajaran mikro (micro teaching) kurang bermanfaat.

5.   Setelah mengikuti pengajaran mikro (micro teaching), praktikan dapat menciptakan interaksi dengan siswa secara lebih baik.

6.   Penyajian model rekaman mengajar lebih baik daripada model lisan sehingga lebih signifikan dengan keterampilan mengajar.

Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat dikemukakan bahwa praktikan yang memiliki prestasi tinggi dalam pembelajaran pengajaran mikro (micro teaching) akan berprestasi pula dalam praktik mengajar. Oleh karena itu, perbedaan prestasi pengajaran mikro (micro teaching) diantara praktikan, akan diikuti pula oleh perbedaan prestasi praktik mengajarnya.

 

C.  Ciri-ciri Microteching

Pengajaran mikro (micro teaching) merupakan real teaching, tetapi dalam skala mikro. karakteristik yang khas dalam pengajaran mirko (micro-teaching) adalah: komponen-komponen dalam pengajaran yang di-MIKRO-kan atau di-SEDERHANA-kan. Dalam pengajaran sesungguhnya (real teaching) lingkup pembelajaran biasa tidak dibatasi, tetapi di Micro-Teaching terbatas pada satu kompetensi dasar atau satu hasil belajar dan satu materi pokok bahasan tertentu; demikian pula alokasi waktunya juga terbatas antara 10-15 menit, jumlah siswa juga dikecilkan hingga berkisar 10-15 siswa, serta keterampilan dasar yang dilatihkan juga terbatas (terisolasi).

Dengan demikian, ciri khas micro-teaching adalah : “real-teaching yang di-MIKRO-kan meliputi jumlah siswa, alokasi waktu, fokus keterampilan, kompetensi dasar, hasil belajar dan materi pokok pembelajaran yang terbatas”. Pelaksanaan pengajaran mikro (micro-teaching) pada prinsipnya merupakan realisasi pola-pola pengajaran yang sesungguhnya (real teaching) yang didesain dalam bentuk mikro. Setiap calon guru membuat persiapan mengajar yang kemudian dilaksanakan dalam proses pembelajaran bersama siswa/teman sejawat (peer teaching) dengan seting kondisi dan konteks kegiatan belajar mengajar yang sesungguhnya.

 

D.    Komponen Dasar Mengajar (microteching)

Mengajar adalah perbuatan yang kompleks yang merupakan pengintegrasian secara utuh dari berbagai komponen kemampuan. Komponen kemampuan tersebut dapat berupa pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai. Sebagian kemampuan tersebut telah dibentuk secara bertahap melalui penyampaian teori-teori tentang prinsip-prinsip belajar dan pembelajaran, strategi mengajar, rancangan instruksional, media pembelajaran, pengelolaan kelas, evaluasi pembelajaran, dan sebagaianya.

Setelah guru/dosen pemula dianggap menguasai materi dan sistem penyampaiannya, tiba saatnya untuk berlatih menguasai keterampilan dasar mengajar, yaitu: keterampilan yang bersifat generik yang harus dikuasai oleh semua calon guru. Komponen keterampilan dasar mengajar yang dilatihkan dalam pengajaran mikro (micro-teaching) menurut hasil penelitian Tumey (1973) terdapat 8 (delapan) keterampilan yang sangat berperan dalam kegiatan belajar mengajar, yaitu:

1.    Keterampilan dasar membuka dan menutup pelajaran (set induction and closure).

2.    Keterampilan dasar menjelaskan (explaining skills)

3.    Keterampilan dasar mengadakan variasi (variation skills)

4.    Keterampilan dasar memberikan penguatan (reinforcement skills)

5.    Keterampilan dasar bertanya (questioning skills)

6.    Keterampilan dasar mengelola kelas

7.    Keterampilan dasar mengajar perorangan/kelompok kecil

8.    Keterampilan dasar membimbing diskusi kelompok kecil

Perlu ditekankan bahwa pemilah-milahan delapan komponen keterampilan dasar mengajar seperti di atas hanya dalam konteks latihan model micro teaching, supaya masing-masing dapat dilatihkan secara terpisah (terisolasi). Namun di saat menggunakan/menerapkan delapan keterampilan tersebut di dalam kelas yang sebenarnya, seorang guru/dosen harus mampu menampilkannya secara utuh dan terintegrasi.

 

E.  Mekanisme Pelaksanaan Microteching

Dalam melaksanakan proses pembelajaran, setiap anggota Sub kelompok bertugas sesuai peran masing-masing,  dengan  urutan tampil berdasarkan urutan posisi tempat duduk yang telah ditentukan dan searah jarum jam,  yaitu guru (G)pada jajaran tempat duduk bagian belakang - observer tulisan (Ot)pada jajaran tempat duduk bagian tengah - siswa (S)pada jajaran tempat duduk bagian depan, observer lisan (Ol)pada jajaran tempat duduk bagian tengah  dan supervisor (sv) pada jajaran tempat duduk bagian belakang.

Mekanisme giliran tampil untuk setiap anggota dari sub kelompok diatur sebagai berikut :

1.    Giliran tampil untuk setiap anggota dari sub kelompok dihitung kedalam 1 session, dimana dalam 1 session,

2.    Masing-masing anggota dari sub kelompok  akan tampil secara bergiliran sesuai peran dan tugas yang telah ditentukan dan yang berperan sebagai guru (G) akan melakukan proses pengajaran, sementara untuk anggota sub kelompok lain akan menjalankan tugas dan peran yang berbeda,

3.    Jika semua angota sub kelompok guru telah tampil maka selesailah 1 session

4.    Untuk session selanjutnya maka semua anggota sub kelompok akan berubah posisi dengan sendirinya dan searah jarum jam, yang berperan sebagai guru (G) akan berpindah tugas menjadi observer tulisan (Ot) dan seterusnya hingga posisi guru (G) akan diambil alih oleh supervisor (Sv),

5.    Regulasi tersebut akan terus berlanjut hingga semua anggota sub kelompok selesai menjalankan tugas.

6.    Setiap kelompok dari setiap jurusan / program studi memiliki 5 session kesempatan tampil secara bergiliran untuk masing-masing sub kelompok.

Aktifitas anggota sub kelompok dalam setiap session dapat dilaksanakan  dengan mekanisme sebagai berikut :

a)    Guru (G)

Anggota sub kelompok yang bertugas sebagai guru(G)  akan mendapat giliran tampil pertama membawakan materi pelajaran sesuai RPP yang telah dibuat sedangkan guru yang tidak tampil akan tetap ditempat duduk yang telah ditentukan menunggu giliran tampil.

b)    Observer Tulisan (Ot)

Anggota sub kelompok yang bertugas sebagai Observer Tulisan (Ot)  akan menempati tempat duduk yang telah ditentukan dan bertugas sebagai peninjau untuk memberikan penilaian kepada anggota sub kelompok yang bertugas sebagai guru (G) dengan materi penilian yang meliputi :

1)Aspek Keterampilan Membuka dan Menutup Pelajaran

2)     Aspek Keterampilan mengelola kelas

3)     Aspek Keterampilan bertanya dan menjelaskan

4)Aspek Keterampilan mengadakan variasi dan penampilan

c)     Siswa (S)

Anggota sub kelompok yang bertugas sebagai Siswa (S)  akan menempati tempat duduk pada posisi bagian depan dengan tugas mengamati anggota sub kelompok yang bertugas sebagai guru (G).

d)    Observer Lisan (Ol)

Anggota sub kelompok yang bertugas sebagai Observer Lisan (Ol)  akan menempati tempat duduk yang telah ditentukan dan bertugas sebagai peninjau untuk mengamati secara seksama dan mengajukan pertanyaan terkait dengan sub pokok bahasan yang dibawakan anggota sub kelompok yang bertugas sebagai guru (G), dengan ketentuan 1 orang anggota sub kelompok mengajukan 1  pertanyaan yang berbeda dan tercatat

e)    Supervisor (Sv)

    Anggota sub kelompok yang bertugas sebagai Supervisor (Sv) akan akan menempati tempat duduk pada bagian belakang dan bertugas sebagai Pengawas/supervisor (sv) dan 1 orang dari anggota sub kelompok yanga ada menempati bangku bagian depan dan mencatat tanggapan secara tertulis segala aktifitas pembelajaran yang dilakukan anggota sub kelompok yang bertugas sebagai guru (G) dengan dibantu oleh anggota lain yang duduk pada bagian belakang

 

 

 

BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Cara penerapan pelaksanaan microtesching yaitu setiap anggota Sub kelompok bertugas sesuai peran masing-masing,  dengan  urutan tampil berdasarkan urutan posisi tempat duduk yang telah ditentukan dan searah jarum jam,  yaitu guru (G)pada jajaran tempat duduk bagian belakang - observer tulisan (Ot)pada jajaran tempat duduk bagian tengah - siswa (S)pada jajaran tempat duduk bagian depan, observer lisan (Ol)pada jajaran tempat duduk bagian tengah  dan supervisor (sv) pada jajaran tempat duduk bagian belakang.Mekanisme giliran tampil untuk setiap anggota dari sub kelompok diatur sebagai berikut : *Giliran tampil untuk setiap anggota dari sub kelompok dihitung kedalam 1 session, dimana dalam 1 session.*Masing-masing anggota dari sub kelompok  akan tampil secara bergiliran sesuai peran dan tugas yang telah ditentukan dan yang berperan sebagai guru (G) akan melakukan proses pengajaran, sementara untuk anggota sub kelompok lain akan menjalankan tugas dan peran yang berbeda. *Jika semua angota sub kelompok guru telah tampil maka selesailah 1 session.

     Pentingnya microteaching dalam proses pembelajaran adalah untuk memberikan kesempatan kepada mahasiswa (calon guru) untuk berlatih mempraktikkan beberapa keterampilan dasar mengajar di depan teman sejawatnya dalam suasana yang konstruktif, sportif, dan bersahabat sehingga mendukung kesiapan mental, keterampilan dan kemampuan (performance)yang terintegrasi untuk bekal praktik mengajar sesungguhnya di sekolah/institusi pendidikan.

 

 

DAFTAR PUSTAKA

 

Roestiyah, Strategi Pembelajaran, Jakarta: Rineka Cipta, 2008

Hamalik Oemar, Pendidikan Guru Berdasarkan Pendekatan Kompetensi, Jakarta: Bumi Aksara, 2009

Soetjipto, Profesi keguruan, Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1994

 

 

 

 

 

Bahasa Jawa

 

Latihan Soal Bahasa Jawa

JAWABEN PITAKON-PITAKON ING NGISOR IKI KANTHI BENER!

1.Kang kalebu alat transportasi kanggo mudik, kejaba  

2.Jun iku wadah kanggo golek

3. Cerita kancil lan baya iku kalebu cerita ….

4. Panganane kurang enak, mergane anyep tanpa ….

5. Semar iku juga nduwe jeneng liya arane ki lurah ….

6. Biyung, mbok, umi, indhung iku dasanamane ….

7. Wong kang penggaweane ngladeni ing montor mabur arane ….

8. Banyu sumure bening kaya ….

9. Bu Sinta iku wong sing dawa ususe, kena cobaan apa wae tetep bersyukur.

Dawa ususe iku tegese …

10. Woh aren arane ….


Jawaban

1.Motor

2.Banyu

3. Dongeng

4. Rasa

5. Badranaya

6. Ibu

7. Pramugari

8. Kaca

9. Sabar banget

10.Kolang-kaling


PROSEDUR KESELAMATAN KERJA DALAM MERAKIT PC

  PROSEDUR KESELAMATAN KERJA DALAM MERAKIT PC Hal-hal yang perlu di perhatikan adalah sebagai berikut:    1. Pastikan tangan dalam kondi...